Pernah ngerasa bingung apakah ROAS TikTok Ads kamu udah oke atau masih jauh panggang dari api?
Banyak advertiser yang stuck di angka ROAS 1.5:1 atau bahkan di bawah 1:1, padahal kompetitor di industri yang sama bisa tembus 5:1 bahkan lebih.
Masalahnya, kebanyakan dari kita gak tau standar ROAS yang realistis untuk industri masing-masing, jadinya target yang dipasang suka asal-asalan aja.
Nah, di artikel ini kamu bakal dapetin insight lengkap soal benchmark ROAS TikTok Ads 2025 khusus market Indonesia, plus strategi proven buat achieve bahkan exceed target tersebut.
ROAS TikTok Ads 2025: Realitas vs Ekspektasi di Indonesia
Banyak brand Indonesia yang ekspektasinya kelewat tinggi soal ROAS TikTok Ads, mereka kira bisa langsung dapet 10:1 kayak success story yang viral di LinkedIn.
Kenyataannya, ROAS yang healthy di TikTok Ads Indonesia itu berkisar antara 2:1 sampai 6:1 tergantung industrinya, dan angka segitu udah termasuk bagus banget lho.
Ekspektasi unrealistic ini sering bikin advertiser frustrated dan malah stop campaign padahal performance-nya sebenernya udah on track.
Yang perlu kamu pahamin adalah TikTok Ads itu butuh testing phase minimal 2-4 minggu sebelum ROAS-nya stabil, jadi jangan expect hasil instant kayak magic.
Baca Juga: YouTube Ads vs TikTok Ads: Mana yang ROI-nya Lebih Tinggi?
Standar ROAS TikTok Ads Berdasarkan Industri 2025
Beauty & Skincare: ROAS 3:1 hingga 8:1
Industri beauty di TikTok Indonesia ngerebut posisi teratas dengan ROAS tertinggi karena product-market fit yang kuat dan audience engagement yang gede banget.
Brand skincare lokal kayak Scarlett dan Somethinc bisa achieve ROAS 6:1 sampai 8:1 karena mereka ngerti banget cara bikin content yang engaging plus harga produknya masih terjangkau untuk impulse buying.
Tapi kalau brand beauty kamu masih di range ROAS 3:1, itu sebenernya udah normal kok apalagi kalau kamu baru mulai 2-3 bulan.
Kunci sukses di industri ini adalah creative yang authentic dan influencer marketing yang strategic.
Fashion & Apparel: ROAS 2.5:1 hingga 6:1
Fashion jadi salah satu kategori paling kompetitif di TikTok dengan ROAS yang vary banget tergantung pricing dan brand positioning kamu.
E-commerce fashion lokal yang nge-target market menengah ke bawah biasanya dapet ROAS 4:1 sampai 6:1 karena conversion rate-nya tinggi dan repeat purchase-nya oke.
Sementara brand fashion premium atau luxury biasanya stuck di ROAS 2.5:1 sampai 3:1 karena consideration phase-nya lebih panjang dan average order value-nya gede.
Tips buat kamu yang main di fashion adalah fokus ke ugc-style content dan testimonial video karena konversinya proven lebih bagus daripada product showcase biasa.
F&B & FMCG: ROAS 2:1 hingga 5:1
Industri F&B di TikTok punya challenge unik karena product differentiation yang tipis dan margin yang kadang kecil banget.
Brand F&B lokal yang sukses di TikTok biasanya achieve ROAS 3:1 sampai 5:1 dengan strategi bundling dan promo yang menarik.
Kalau ROAS kamu masih di 2:1, coba review pricing strategy sama shipping cost karena dua faktor ini sering jadi deal breaker.
Campaign seasonal kayak Ramadan atau year-end sale bisa boost ROAS kamu naik 40-60% dibanding regular campaign.
Tech & SaaS: ROAS 1.8:1 hingga 4:1
Product tech dan SaaS punya ROAS yang relatif lebih rendah karena customer journey-nya kompleks dan butuh nurturing yang lebih panjang.
Tapi jangan salah, ROAS 2:1 sampai 3:1 di industri ini udah consider bagus karena lifetime value pelanggannya tinggi banget.
Strategi yang berhasil di kategori ini adalah lead generation campaign dengan free trial sebagai hook, bukan langsung hard selling.
Follow-up via email marketing dan retargeting jadi krusial buat convert lead jadi paying customer.
Education & Course: ROAS 3:1 hingga 7:1
Online course dan program edukasi lagi booming di TikTok Indonesia dengan ROAS yang surprisingly tinggi kalau strategynya bener.
Creator course yang leverage personal branding mereka bisa tembus ROAS 7:1 karena trust factor yang udah terbangun.
Tapi kalau kamu masih new player di industri ini, target realistic-nya adalah ROAS 3:1 sampai 4:1 untuk 3 bulan pertama.
Kunci sukses kategori education adalah social proof kuat dan testimonial student yang relatable.
Health & Supplements: ROAS 2.5:1 hingga 5.5:1
Supplement dan produk kesehatan punya ROAS yang stabil di range 2.5:1 sampai 5.5:1 dengan peak performance di bulan-bulan tertentu kayak new year resolution season.
Challenge terbesar industri ini adalah regulasi iklan yang ketat dan skeptisisme audience terhadap claim kesehatan.
Brand yang berhasil di kategori ini adalah yang fokus ke educational content dan doctor endorsement dibanding hard selling produk.
Attribution di industri health juga tricky karena purchase decision-nya sering butuh research dan pertimbangan lebih dalam.
Baca Juga: TikTok Ads untuk Jualan di Tokopedia: Panduan Lengkap 2025
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ROAS TikTok Ads
Kualitas Creative dan Hook dalam 3 Detik Pertama
Statistik menunjukkan 65% user TikTok akan scroll away dalam 3 detik pertama kalau creative kamu gak engaging, jadi hook yang kuat itu bukan optional tapi mandatory.
Creative yang winning formula-nya biasanya kombinasi antara pattern interrupt di opening, storytelling yang relatable, dan clear call-to-action di akhir video.
Testing berbagai hook angle adalah kunci karena satu creative yang sama bisa punya ROAS beda drastis cuma gara-gara opening 3 detiknya diubah.
Jangan lupa ukuran file creative juga ngaruh ke CPM, video yang terlalu berat loadingnya bisa bikin cost per impression kamu naik 20-30%.
Targeting Precision dan Audience Quality
Banyak advertiser yang targeting-nya terlalu broad karena takut miss potential customer, padahal justru ini yang bikin ROAS anjlok.
Sweet spot targeting TikTok Ads itu adalah balance antara reach yang cukup untuk algorithm learn tapi tetap specific ke ideal customer profile kamu.
Interest-based targeting di TikTok lebih powerful dibanding demographic targeting karena algorithm-nya nge-track actual behavior bukan cuma asumsi.
Jangan lupa exclude audience yang udah purchase dalam 30 hari terakhir kecuali kamu emang strategically retargeting untuk upsell atau cross-sell.
Landing Page Experience dan Conversion Rate
ROAS kamu bisa jeblok meskipun creative bagus kalau landing page-nya sampah karena traffic TikTok punya characteristic unik yang beda dari platform lain.
User TikTok expect landing page yang mobile-optimized, load dalam 2 detik, dan checkout process yang super simple tanpa banyak form.
Data menunjukkan setiap 1 detik delay di loading page bisa turunkan conversion rate sampai 7%, jadi invest di page speed optimization itu worth it banget.
A/B testing different landing page layout bisa improve ROAS kamu 30-50% tanpa harus ubah creative atau targeting sama sekali.
Pricing Strategy dan Product Market Fit
Harga produk kamu harus match sama expectation market TikTok yang mayoritas adalah Gen Z dan young millennials dengan purchasing power menengah.
Sweet spot price point untuk impulse buying di TikTok Indonesia itu Rp 50.000 sampai Rp 300.000, di luar range ini kamu butuh effort marketing yang lebih gede.
Product yang punya unique selling point jelas dan solve specific pain point audience bakal convert jauh lebih tinggi dibanding produk me-too yang gak ada differentiation.
Bundling strategy dan limited-time offer juga proven effective buat boost average order value tanpa nurunin conversion rate.
Campaign Objective dan Bidding Strategy
Banyak advertiser yang salah pilih campaign objective dan ini directly impact ROAS mereka tanpa mereka sadari.
Kalau goal kamu adalah sales, pakai campaign objective conversion bukan traffic karena algorithm bakal optimize ke user yang likely to purchase.
Bidding strategy juga crucial, lowest cost cocok buat testing phase sementara cost cap atau bid cap lebih suitable buat scaling campaign yang udah proven.
Jangan terlalu aggressive naikin bid di early stage karena bisa inflate CPM kamu 2-3x tanpa necessarily improve ROAS.
Cara Menghitung dan Tracking ROAS TikTok Ads yang Akurat
Formula ROAS yang Benar untuk Business Indonesia
Formula dasar ROAS itu sederhana: Total Revenue dibagi Total Ad Spend, tapi implementasinya sering keliru karena banyak yang gak ngitung hidden cost.
Kalau ROAS kamu 3:1, artinya setiap Rp 15.000 yang kamu spend untuk ads, revenue yang masuk adalah Rp 45.000 sebelum dipotong cost of goods sold dan operational cost.
Banyak business yang celebrate ROAS 3:1 padahal margin produk mereka cuma 30%, yang artinya mereka sebenernya cuma break even atau malah rugi.
Hitung juga customer lifetime value kamu karena kadang ROAS campaign pertama cuma 2:1 tapi repeat purchase-nya bisa bikin total ROAS naik jadi 6:1 dalam 6 bulan.
Setting Up Pixel dan Attribution Window
TikTok Pixel adalah fondasi tracking yang accurate, tanpa ini kamu basically flying blind dan ROAS yang kamu liat di dashboard bisa misleading banget.
Installation pixel yang bener itu bukan cuma paste code di website tapi juga setup event tracking untuk add-to-cart, initiate checkout, dan purchase.
Attribution window yang recommended untuk market Indonesia adalah 1-day click dan 7-day view karena buying behavior kita cenderung lebih impulse dibanding market barat.
Jangan lupa test pixel kamu pakai TikTok Pixel Helper extension sebelum launch campaign biar gak buang budget sia-sia.
Tools Tracking ROAS Terbaik untuk TikTok Ads
Selain dashboard native TikTok Ads Manager, kamu perlu third-party tracking tool buat cross-validate data dan dapetin insight yang lebih deep.
Google Analytics 4 adalah must-have karena free dan bisa track customer journey lintas platform dengan lebih comprehensive.
Kalau budget kamu allow, invest di tools kayak Triple Whale atau Hyros yang specifically built untuk e-commerce tracking dan bisa attribute revenue dengan lebih akurat.
Jangan rely cuma satu source of truth karena setiap platform punya attribution model berbeda dan reality-nya ada di somewhere in between.
Mengatasi Attribution Challenge di TikTok
Attribution di TikTok tricky karena banyak user yang lihat ads di app tapi checkout via browser atau bahkan offline setelah search brand kamu.
Multi-touch attribution jadi penting karena TikTok often berperan sebagai top-of-funnel awareness yang assist conversion di platform lain.
Kalau kamu notice discrepancy besar antara TikTok reported conversion dan actual sales di payment gateway, kemungkinan besar ada attribution gap yang perlu di-bridge.
Solusinya adalah implement UTM parameter yang consistent dan consider menggunakan promo code unique untuk track offline conversion yang dipengaruhi TikTok Ads.
Baca Juga: Cara FB Ads Tertarget dengan Conversion Rate Tinggi
7 Strategi Proven untuk Meningkatkan ROAS TikTok Ads
Creative Testing Framework yang Systematic
Random creative testing itu buang-buang budget, yang kamu butuh adalah framework systematic buat test different variable secara terstruktur.
Mulai dengan test 3-5 creative variation dengan hook berbeda tapi messaging dan CTA yang sama, jalankan selama 3-5 hari dengan budget Rp 500.000 per creative.
Creative yang ROAS-nya 50% lebih tinggi dari average adalah winner yang kamu scale, sisanya pause dan replace dengan variation baru.
Refresh creative winner kamu setiap 7-10 hari karena ad fatigue di TikTok happen super cepat dan bisa bikin ROAS kamu drop 40-60%.
Audience Layering dan Lookalike Strategy
Audience layering adalah teknik combine multiple interest atau behavior targeting dalam satu ad set buat dapetin qualified traffic yang lebih specific.
Misalnya kalau kamu jual skincare anti-aging, layer interest “skincare” dengan behavior “online shopping” dan demographic “female 30-45” buat precision lebih tinggi.
Lookalike audience dari purchaser list kamu adalah goldmine yang sering underutilized, mulai dari 1% lookalike yang paling mirip terus expand ke 3-5% kalau perform bagus.
Jangan lupa exclude existing customer dari lookalike campaign kamu biar budget gak terbuang untuk remarketing yang seharusnya pakai strategy berbeda.
Budget Allocation dan Bid Strategy Optimization
Budget allocation yang smart bisa improve overall ROAS 30-40% tanpa harus tambah total spending, caranya adalah reallocate budget dari low-performing ad set ke winner.
Rule of thumb-nya adalah 70% budget untuk proven campaign yang ROAS-nya udah stabil di atas target, 20% untuk scaling test, dan 10% untuk creative experiment.
Start dengan daily budget Rp 300.000 sampai Rp 500.000 per ad set buat learning phase, terus scale up 20-30% setiap 3 hari kalau ROAS maintain atau improve.
Jangan scale terlalu aggressive lebih dari 50% sekaligus karena bisa trigger algorithm re-learning dan bikin performance drop temporary.
Landing Page Optimization untuk TikTok Traffic
TikTok traffic punya characteristic unique yang beda dari Google atau Facebook, jadi landing page kamu harus di-customize specifically untuk mereka.
User dari TikTok expect experience yang seamless dan instant gratification, jadi kurangin distraction dan fokus ke single clear CTA.
Implement sticky add-to-cart button yang always visible dan one-click checkout kalau memungkinkan buat minimize friction.
Test different landing page layout khusus buat TikTok traffic dengan tracking terpisah, kadang simple change kayak ganti warna CTA button bisa improve conversion 15-20%.
Retargeting dan Funnel Strategy
Retargeting adalah secret weapon buat maximize ROAS karena cost per conversion-nya jauh lebih murah dibanding cold traffic.
Buat custom audience dari website visitor yang gak purchase, add-to-cart abandoner, dan video viewer 75% ke atas buat retargeting campaign terpisah.
Budget allocation untuk retargeting idealnya 30-40% dari total budget karena ROAS-nya bisa 2-3x lebih tinggi dari prospecting campaign.
Jangan retarget dengan creative yang sama, pakai angle berbeda kayak testimonial atau limited-time offer buat give them reason to come back.
Seasonal Campaign dan Timing Optimization
Timing campaign kamu bisa significantly impact ROAS, peak shopping time di Indonesia itu jam 7-10 malam dan weekend dengan conversion rate 20-30% lebih tinggi.
Seasonal moment kayak Harbolnas, Ramadan, atau year-end sale adalah golden opportunity buat achieve ROAS 2-3x lipat dari normal day.
Start campaign seasonal kamu 2-3 minggu sebelum peak date buat building awareness dan retargeting audience yang udah engage.
Jangan lupa adjust budget allocation karena competition dan CPM akan naik 50-100% di seasonal peak, tapi justified karena volume dan conversion juga spike.
Cross-Platform Attribution dan Data Integration
Jangan treat TikTok Ads sebagai isolated channel, integrate datanya dengan platform lain buat holistic view customer journey kamu.
Customer yang touch TikTok ads might convert di Instagram atau Google Search, jadi attribute assist conversion bukan cuma last-click.
Implement marketing mix modeling kalau budget kamu udah di atas Rp 100 juta per bulan buat understand real contribution setiap channel.
Data integration yang proper bisa reveal insight kayak TikTok ads punya ROAS direct cuma 2:1 tapi assist conversion yang bikin overall marketing ROAS naik jadi 4:1.
Case Study: Brands Indonesia yang Berhasil Achieve High ROAS
Beauty Brand: Dari ROAS 1.5:1 ke 6.8:1 dalam 3 Bulan
Brand skincare lokal dengan produk serum vitamin C ini awalnya struggle dengan ROAS yang stuck di 1.5:1 karena creative yang terlalu product-focused tanpa storytelling.
Turning point mereka adalah shift strategy ke ugc-style content dengan before-after transformation customer real yang relatable banget.
Mereka test 15 creative variation dalam sebulan, nemu winning formula berupa testimonial video 30 detik dengan hook problem statement di 3 detik pertama.
Kombinasi creative yang engaging dengan lookalike audience optimization dan aggressive retargeting bikin ROAS mereka melonjak ke 6.8:1 di bulan ketiga.
Fashion E-commerce: ROAS Konsisten 4:1+ dengan Budget Rp 50 Juta
E-commerce fashion yang focus ke modest wear ini maintain ROAS 4:1 sampai 5:1 secara konsisten dengan monthly budget Rp 50 juta melalui disciplined testing framework.
Secret mereka adalah creative refresh setiap minggu dengan style mixing antara product showcase dan styling tips yang educational.
Mereka allocate 60% budget untuk proven bestseller product campaign, 25% untuk new arrival testing, dan 15% untuk retargeting.
Strategy bundling mereka juga smart dengan bundle 3 item discount 20% yang boost average order value dari Rp 180.000 ke Rp 280.000 tanpa sacrifice conversion rate.
F&B Local Brand: ROAS 7.2:1 di Campaign Ramadan
Brand frozen food lokal ini hit jackpot dengan ROAS 7.2:1 di campaign Ramadan mereka melalui seasonal strategy yang super targeted.
Mereka start campaign 3 minggu sebelum Ramadan dengan educational content tentang menu sahur praktis yang insert product mereka secara subtle.
Peak campaign mereka adalah 2 minggu pertama Ramadan dengan promo bundle paket sahur dan berbuka yang value-nya compelling banget.
Yang bikin campaign ini succeed adalah timing yang perfect, product-market fit yang strong, dan creative yang resonate dengan pain point ibu-ibu yang gak mau ribet masak.
Baca juga: Trik Fb Ads Murah Tapi Cepat Cuan
Achieve Target ROAS TikTok Ads-mu dengan Expert Strategy di Mixist Digital
Ngomongin ROAS TikTok Ads emang seru, tapi executing strategy yang bener buat achieve target itu challengenya beda level.
Kamu mungkin udah paham teori dan benchmark-nya, tapi implementation yang konsisten dengan testing systematic itu yang sering jadi bottleneck.
Di sinilah Mixist Digital hadir sebagai partner kamu yang udah handle ratusan campaign dengan total ad spend puluhan miliar rupiah.
Tim expert kami gak cuma jalanin ads, tapi develop custom strategy berdasarkan industry benchmark kamu, optimize creative secara continuous, dan provide transparent reporting yang detail.
Dari creative production, audience research, sampai landing page optimization, kami handle end-to-end biar kamu bisa fokus scale business.
Mau konsultasi gratis tentang cara boost ROAS TikTok Ads kamu? Hubungi Mixist Digital sekarang dan let’s achieve target ROAS yang sustainable together!